Bunuh diri merupakan cara yang dilakukan seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Mereka yang memutuskan untuk bunuh diri, melakukannya dengan cara menggantung diri, minum obat-obatan melebihi dosis, menenggak cairan beracun, atau menggunakan senjata.
Biasanya hal tersebut dilakukan secara diam-diam sehingga sulit untuk dicegah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali pemicu dan tanda-tanda seseorang yang ingin bunuh diri. Siapa tahu, orang-orang terdekat Anda menyimpan niat demikian. Sudah menjadi kewajiban Anda untuk mencegahnya melakukan perbuatan itu.
Pemicunya seseorang bunuh diri beragam, seperti ditolak dalam pergaulan, masalah ekonomi, tidak lulus ujian Nasional, konflik dengan keluarga, dan masalah percintaan. Seperti yang dialami Kathrine Faye, yang memilih bunuh diri usai hubungan percintannya kandas.
Akun Facebook bernama Riva Nable Paragas membagikan sebuah surat yang ditulis Kathrine sesaat sebelum bunuh diri. "Ini adalah keponakan perempuanku sebelum dia bunuh duri" "Tidak ada kata-kata untuk menggambarkan kehilangan dan kesedihan" "Seandainya saja semua orang tahu bagaimana mencintai dan bersikap baik, betapa hebatnya dunia ini" "Tolong doakan malaikat kami, Kathrine Faye, "tulis Riva di posting Facebook-nya pada tanggal 4 Juni.
Rupanya, Kathrine mengalami depresi setelah dia putus dengan pacarnya, Edeil. Dalam surat tersebut, Kathrine berterima kasih dan meminta maaf kepada semua keluarga dan teman-temannya. Ia meminta mereka semua untuk menjalani hidup mereka sebaik mungkin, tidak seperti dirinya.
Dia mempercayakan semua apa yang dimilikinya kepada sang pacar Edeil. Kathrine mengatakan bahwa dia bukan orang yang kuat, dan bahwa dia tidak bisa lagi mengatasi depresi. Dia kemudian meminta mereka untuk membakar tubuhnya dan menyebarkan abu di lautan.
Berdasarkan surat itu, Kathrine menyalahkan mantan pacarnya, Edeil, karena dia bunuh diri. Menurutnya, dia telah memberikan semua yang dia bisa, tapi dia masih meninggalkannya. Gadis Ini Jadi Juara 2 di Kelas, Ia Malah Bunuh Diri, Hanya Karena 1 Kalimat Ini dari Ayahnya Selepas sekolah, murid-murid di Taiwan biasa tidak akan pulang ke rumah. Mereka biasanya makan dan istirahat.
Ilustrasi ilustrasi (mommypage/google) Setelah pulang sekolah, kebanyakan dari mereka akan pergi mengikuti pelajaran tambahan hingga pukul 9 atau 10 malam. MRT akan penuh dengan murid-murid berseragam di jam-jam segitu. Ada yang bilang, tekanan untuk naik kelas itu sangat besar. Hal itu membuat murid di Taiwan hanya menjadi mesin ujian.
Banyak orang tua yang tidak tahu, tuntutan yang terlalu berlebihan ini membuat mereka tidak menikmati hidup. Dilansir dari Buzzhand, ada seorang netizen Malaysia, bernama Muhammad. Ia berkenalan dengan seorang ibu, saat mendengar cerita anak ceweknya yang berumur 15 tahun.
Muhammad langsung menangis. Ibu ini adalah seorang yang berpendidikan tinggi. Ia dan suaminya sangat dihormati oleh lingkungannya. Namun beberapa waktu lalu, dia melihat sendiri anak perempuannya gantung diri. Saat anaknya berumur 4 tahun, kemampuan membacanya sudah lebih jago daripada anak seumurannya. Dari kecil sampai besar, ayahnya selalu mendidiknya dengan ketat.
Harus selalu belajar, dari dulu nilainya tidak pernah mengecewakan orang tuanya. Dia mengorbankan waktu bermain dia, waktu bersama temannya, dan tak hentinya belajar dengan giat. Suatu malam, sehari sebelum hasil ujian diumumkan, anak gadis ini bertanya pada ayahnya, "kalau suatu saat aku bukan lagi anak yang pintar, tidak juara 1, papa akan bagaimana?", ayahnya dengan tenang menjawab, "ya, kamu bukan anak papa lagi!"
Keesokan harinya, anak ini pergi ke kamar, lalu mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras, orang tua terkejut dan langsung mengetok pintu kamarnya. Karena tak dibuka, akhirnya pintu pun didobrak, saat melihat ke dalam. Hanya bisa melihat leher anaknya yang sudah tergantung, dia sudah tak bernafas. Semua ini, hanya karena hasil ujian dia "juara 2"! Ternyata baru diketahui, hubungan dia dan ayahnya sangat dingin.
Anaknya sering berusaha untuk menghangatkan hubungan mereka, namun tidak pernah berhasil! Ibunya berkata, "pernah suatu kali, saat ulang tahun ayahnya, ia membuatkan kue dengan tangannya sendiri. Namun ayahnya malah memarahinya dan menyuruh dia untuk jangan memboroskan uang, dan pergi belajar!" Yang lebih parah lagi, anaknya pernah bangun sangat pagi, sengaja menyiapkan sarapan untuk keluarga.
Namun ayahnya malah berkata, "kamu mau jadi pembantu?". Ini benar-benar menyakitkan hatinya. Muhammad membagikan ceritanya ini ke sosial media, berharap agar kejadian tragis ini tidak lagi terjadi pada keluarga lainnya! Sekolah, meski nilai itu penting, namun bersosialisasi, berteman dan masa-masa muda itu tidak dapat terulang!
Posting Komentar
Posting Komentar